Selasa, 04 Juli 2017

Persona adalah Simulasi Kehidupan yang Tak Akan Kita Miliki, tapi Bisa Kita Pelajari

Game dengan genre Role-Playing Game (RPG) bisa dibilang merupakan salah satu genre paling populer di dunia, baik untuk platform mobile, PC, ataupun console. Variasi dari game bergenre ini pun sangat banyak, mulai dari cara bermain yang berbeda-beda, sampai ke latar belakang yang bergitu berbeda antara satu dengan lainnya. Di antara seluruh perbedaan yang diusung genre ini, ada satu seri game yang ingin saya bahas dengan fokus lebih karena keunikan yang dimilikinya. Seri yang saya maksud adalah seri Persona dari Atlus.
Persona merupakan bagian dari seri Shin Megami Tensei, seri yang populer akan tema yang cukup gelap dan gameplay mengumpulkan makhluk-makhluk mitos untuk dijadikan avatarmu ketika bertarung. Meskipun begitu, Persona cukup berbeda karena seri ini menyajikan tema yang lebih kasual dan ceria, dalam wujud kehidupan anak SMA, sambil di saat bersamaan tetap mempertahankan kegelapannya.
Di tulisan ini saya tidak akan membahas soal bagian eksplorasi dan pertarungan yang ada di Persona, tapi akan fokus ke unsur simulasi kehidupan yang disajikannya. Serta mengapa Persona bisa menjadi pelarian yang baik dari kehidupan yang membosankan, atau menjadi tempat yang baik untuk belajar beberapa hal tentang kehidupan.

Sekolah kehidupan

Rasanya tidak berlebihan kalau saya bilang bahwa kehidupan sekolah merupakan masa-masa paling membahagiakan sekaligus membosankan bagi banyak orang, dan tim developer Persona cukup tahu hal tersebut untuk hanya fokus ke bagian paling menyenangkan saja dari sekolah. Kamu bisa jalan-jalan tanpa tujuan keliling sekolah, mengobrol atau bermain dengan teman, ikut aktivitas klub, pacaran, dan sebagainya. Bagian paling membosankan dari sekolah, yaitu belajar, disampaikan melalui sesi-sesi yang disajikan sebagai kuis-kuis pendek instan.
Kesimpelan bagian sekolah di Persona merupakan kelebihan yang luar biasa, karena hanya dengan pertanyaan-pertanyaan singkat yang begitu mudah dicari kunci jawabannya di Google saja kamu sudah bisa menerima status sebagai murid terpandai di sekolah. Sesuatu yang disampaikan melalui teks dan adegan sangat singkat, tapi cukup memberikan impak untuk orang tertentu. Terdengar menyedihkan memang, tapi ya … begitulah hidup.
Sebagai pelarian, Persona juga menyajikan kehidupan SMA di Jepang yang bagi pemain di luar Jepang, merupakan sesuatu yang biasanya hanya bisa dilihat dari media lain. Persona mampu menyajikan pengalaman sekolah di Jepang dengan cukup menarik, walaupun tidak bisa dibandingkan seratus persen dengan sekolah di Jepang sungguhan … karena sekolah di Persona jauh lebih keren dari sekolah mana pun yang bisa kamu kunjungi.

Waifu, waifu, dan waifu

Waifu merupakan sebuah kultur yang bagi banyak orang terkesan menyedihkan, tapi merupakan oasis kehidupan bagi banyak orang lainnya. Saya pribadi bukan penggemar kultur waifu, dan sebelum mengenal Persona saya tidak terlalu minat dengan hal ini. Tapi begitu saya memainkan Persona, dunia baru rasanya seperti terbuka begitu saja.
Layaknya konsep waifu di media lain, Persona menyajikan penampilan fisik menarik untuk wanita-wanita yang bisa dipilih pemainnya. Setiap wanita juga mengikuti berbagai trope umum untuk penampilan fisik serta karakteristik mereka. Sampai sini semuanya mungkin masih terdengar sama dengan berbagai waifu yang bisa ditemukan di produk lain, tapi ketika kita mulai membahas eksekusi, Persona melakukannya dengan begitu luar biasa.
Setiap karakter didesain dengan begitu mendetail dan mempunyai alasan yang baik untuk mendukung pembangunan karakter. Tapi, hal paling penting dari setiap karakter Persona, tidak terbatas ke para waifu saja, adalah kualitas penulisan yang dimilikinya. Tiap karakter ditulis dengan begitu baik dan terasa realistis. Jika cerita fantasi dan fiksi klasik rata-rata fokus ke karakter yang sempurna nyaris tanpa kekurangan, dan fantasi modern mulai menunjukkan karakter dengan kekurangannya masing-masing, maka Persona justru tidak ragu-ragu untuk menjadikan kekurangan tiap karakter sebagai pembahasan utama.
Persona membuat kegiatan mencari waifu tidak hanya urusan nafsu dan perasaan yang lebih rendah dari cinta monyet…
Bahkan di Persona 4 dan Persona 5, dunia fantasi yang bisa dijelajahi pemain merupakan inkarnasi dari hasrat tokoh yang bersangkutan. Penggambaran hasrat menjadi wujud tempat atau monster ini juga dieksekusi dengan begitu baik, sehingga menyelesaikan tiap masalah para karakter menjadi terasa begitu spesial dan literal. Terkhusus untuk para waifu, melalui cara ini Persona membuat pemain bisa merasakan proses pedekateyang biasa dilakukan di kehidupan nyata jadi sebuah petualangan ke dunia yang fucked-up fantastis dan menarik dijelajahi, lengkap dengan perwujudan nafsu dan sifat manusia menjadi musuh yang begitu memuaskan untuk dibasmi.
Persona membuat kegiatan mencari waifu tidak hanya urusan nafsu dan perasaan yang lebih rendah dari cinta monyet, namun membuatnya menjadi sebuah interaksi yang mungkin bisa mengajarkan pemainnya satu, dua, atau bahkan banyak hal tentang kehidupan.

Dua dunia

Persona juga mengajarkan saya sebuah hal yang sangat penting tentang hidup, yaitu mengenai pentingnya punya kehidupan di luar rutinitas biasa. Di tiap seri Persona kamu harus bisa membagi waktu antara meningkatkan kemampuan sosial personal, menjalin hubungan dengan NPC lain, bekerja sambilan, dan tentu saja menjadi pahlawan penyelamat dunia yang tidak dikenal.
Dulu, saya termasuk orang yang tidak memiliki banyak kehidupan. Hal yang saya lakukan hanyalah bekerja, bahkan di akhir pekan pun saya memilih untuk mengerjakan pekerjaan atau tugas, hanya di tempat yang berbeda dari biasanya saja. Memang saya cukup menikmati pekerjaan saya, tapi tentu saja terasa ada yang kurang ketika hidupmu berkutat di situ-situ saja.
Secara tidak langsung Persona memotivasi saya untuk mencoba keluar dari zona nyaman, belajar hal baru di luar rutinitas, dan menjadi cukup spontan dalam beraktivitas meskipun waktu merupakan aset berharga yang sangat terbatas. Sesuatu yang saya coba mulai dengan membuat situs ini dan belajar kemampuan dasar lain yang semoga saja bisa berguna ke depannya.

Sebenarnya masih banyak hal yang bisa dipelajari dari Persona, mulai dari urusan pengaturan strategi, contoh-contoh desain game terbaik yang ada di pasaran, serta macam-macam hal menarik tentang manusia sebagai makhluk sosial. Banyak juga aspek lain Persona yang sempurna untuk membuatnya menjadi pelarian kehidupan sehari-hari sementara namun memiliki kesan yang bertahan cukup lama. Sayangnya waktu bermain yang lama dan gaya permainan yang membutuhkan komitmen besar membuat saya cukup sulit untuk merekomendasikan seri Persona ke semua orang. Tapi kalau kamu rela berkomitmen di atas tujuh puluh jam untuk mencoba game ini, maka bersiaplah untuk disajikan dengan salah satu pengalaman fiksi terbaik yang ada di abad 21.

Share this

0 Comment to "Persona adalah Simulasi Kehidupan yang Tak Akan Kita Miliki, tapi Bisa Kita Pelajari"

Posting Komentar