Tampilkan postingan dengan label Beginner. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Beginner. Tampilkan semua postingan

Senin, 20 Juni 2022

Tips Membeli PC Gaming di Online Shop

 


Tips Membeli PC Gaming di Online Shop
PC Gaming rakitan yang beredar di berbagai olshop memang sangat menggiurkan. Dengan harga yang terjangkau kamu sudah bisa memboyong PC gaming Full RGB.
Tetapi kalo kamu memang berniat membeli PC gaming rakitan di online shop, ada beberapa hal yang wajib kamu perhatikan agar spesifikasi PC yang kamu dapatkan sesuai dengan harga yang dipatok.
Berikut tips membeli PC Gaming rakitan di Online Shop :
Cek Spesifikasi PC Terutama Prosesor dan GPU
Nah ini hal yang paling krusial tapi banyak orang awam yang belum paham. Banyak yang menganggap kalau prosesor "i7" itu merupakan prosesor yang paling mutakhir dan sanggup melibas semua game high-end. Hal ini tentunya tidak selalu benar.
Karena penamaan seperti i3, i5, i7 untuk Intel dan Ryzen 3,5,7 untuk AMD sendiri merujuk pada tipe atau level prosesor, atau lebih jelasnya :
  • Prosesor Intel i3 atau Ryzen 3 merupakan prosesor entry-level, untuk para pengguna budget tipis
  • Prosesor Intel i5 atau Ryzen 5 merupakan prosesor mid-level, alias spesifikasi menengah
  • Prosesor Intel i7 atau Ryzen 7 merupakan prosesor high end level, atau spesifikasi tinggi
  • Prosesor Intel i9 atau Ryzen 9 merupakan prosesor enthusiast atau spek super hardcore
Sebenarnya masih banyak lagi tipe prosesor, seperti Intel Celeron, Athlon, Xeon, AMD Athlon, Threadripper, dll.
Namun tidak hanya tipe prosesor saja yang harus diperhatikan, tapi generasi prosesor juga jauh lebih penting. Prosesor dengan generasi terbaru bisa dibilang lebih bagus daripada prosesor generasi lama.
Bahkan prosesor i3 generasi terbaru akan lebih cepat daripada prosesor i7 yang jarak generasinya jauh. Misal prosesor i3 10th gen 10100 performanya lebih baik daripada i7 1st gen 870.
Lantas bagaimana cara mengecek model generasi prosesor? Cukup mudah sebenarnya.
Caranya lihat digit pertama pada nomor seri prosesor. Misal Intel i3 8100, maka prosesor ini merupakan Intel generasi ke-8. Atau i5 6500, berarti Intel generasi 6.
Intel generasi pertama memiliki tiga digit nomor seri, sedangkan seri setelahnya memiliki 4-5 digit nomor seri.
Untuk prosesor AMD Ryzen secara umum sama, tapi ada perbedaan yang mencolok yakni :
  • Zen 1st gen : Ryzen 1000 series, 2000 G series
  • Zen + gen : Ryzen 2000 series, 3000 G series
  • Zen 2 gen : Ryzen 3000 series, 4000 series, 4000 G series
  • Zen 3 gen : Ryzen 5000 series, 5000 G series
Penamaan seri ini juga diterapkan pada pemilihan GPU atau VGA. Contohnya Nvidia Geforce GTX 750 berarti dia masuk ke seri GTX 700. Nvidia Geforce GTX 1080 berarti masuk ke seri GTX 10.
Jika kalian masih agak bingung, kalian bisa coba searching di Wikipedia list lengkap generasi prosesor dan GPU.
Jangan Terkecoh Kapasitas RAM Yang Besar
Salah satu anggapan yang masih sering dipercayai adalah kapasitas RAM adalah hal yang terpenting. Meskipun RAM memang penting, namun kualitas prosesor, GPU juga harus diutamakan.
Bahkan sekarang kapasitas RAM tidak semata diperhitungkan, namun kecepatan RAM juga perlu dicermati.
Cek Kualitas Power Supply
Nah ini sering dilewatkan orang karena dianggap tidak mempengaruhi performa PC.
Ibarat organ manusia, PSU adalah jantung yang memompa listrik ke seluruh komponen PC. Maka jangan sekali-kali memilih PSU yang abal-abal karena dapat berakibat kerusakan pada semua hardware.
Usahakan PSU yang kamu beli merupakan produk dari brand yang berkualitas dan terpercaya, serta memiliki sertifikat 80+ Bronze, Silver atau Gold.
Jangan Terkecoh RGB, Casing RGB Sekarang Murah!
Kalo kalian menganggap casing dengan lighting RGB itu terkesan mahal dan mewah, maaf karena sekarang casing RGB banyak yang terjangkau dan murah.
Produk keluaran brand budget seperti Enlight, Armageddon, dll kini bisa dibanderol seharga 500 ribuan saja.
Cek Garansi Komponen PC
Jangan lupa tanyakan penjual perihal garansi komponen PC jika kamu membeli PC dengan hardware keluaran terbaru. Karena biasanya penjual hanya memberikan garansi toko sekitar beberapa bulan saja.
Sedangkan garansi hardware dari distributor resmi biasanya memiliki jangka waktu yang lama, yakni sekitar 1-3 tahun.
Nah itu tadi beberapa tips membeli PC Gaming rakitan di Online Shop. Sebenarnya secara pribadi gw lebih merekomendasikan membeli part PC sendiri kemudian dibawa ke ahli komputer untuk dirakitkan.
Jika kalian ada pertanyaan atau masih bingung, atau minta saran spek PC, silahkan bertanya dan diskusi di kolom komentar

Sabtu, 02 Desember 2017

Membuat Minigame "RAMALAN" sederhana menggunakan RPG Maker


Sudah cukup sering menggunakan RPG Maker? Versi RPG Maker apa yang sekarang kamu pakai? RPG Maker XP ? RPG Maker MV ? RPG Maker VX Ace? atau mungkin RPG Maker 2003?

Apapun versi RPG Maker yang saat ini sedang kamu pakai tidak menjadi masalah karena game tutorial kali ini memang spesifik menggunakan RPG Maker akan tetapi versi RPG Maker yang digunakan tidak berpengaruh karena penggunaan logika yang akan diperlihatkan pada tutorial kali ini cukup mudah dan bisa diterapkan pada versi RPG Maker apapun itu.

Nah, kalau begitu kali ini tutorial game akan membawakan tentang apa? Jika teman teman sekalian sudah banyak membuat konten cerita, battle, dan banyak elemen dalam game RPG menggunakan RPG Maker itu adalah sebuah hal yang bagus, akan tetapi terkadang kita terlupa akan hal hal kecil yang membuat sebuah game menjadi lebih hidup, yakni interaksi. Nah tutorial kali ini akan memberikan sedikit contoh interaksi yang dapat dilakukan oleh pemain pada game buatan teman teman sekalian dan bisa dibilang tutorial kali ini dapat menembus dimensi dinding ke empat atau "4th wall breaking" karena interaksi ini bisa jadi atau mungkin tidak berpengaruh kepada pemain karena keberuntungan atau bisa dibilang kebetulan. Wah jadi penasaran nih, kita mau bikin apa sih? nah uda penasaran kan? di tutorial kali ini kita akan membuat sebuah Event interaksi "RAMALAN" sederhana dimana nantinya kita akan tanyakan kepada pemain untuk menanyakan sebuah pertanyaan dalam hati lalu kemudian kita buat event atau NPC tadi menjawab pertanyaan dalam hati pemain itu tadi.

secara garis besar ini yang akan kita lakukan:

1. Pemain menginteraksi event / orang
2. Event / orang menyuruh pemain menanyakan sesuatu dalam hati
3. proses random variable
4. Event / orang menjawab pertanyaan pemain tadi
5. Pemain terkejut kejut

hahaha, kedengarannya menarik bukan? lalu.. bagaimana cara membuatnya?
Karena membuat tutorial berdasarkan tulisan agak sulit untuk menjelaskannya dan proses memberikan gambar yang cukup memakan waktu, maka penulis sudah membuatkan video tutorialnya yang dapat teman teman saksikan dibawah ini.


Gimana? menarik kan? jangan lupa tinggalkan komentar, like, subcribe dan share semoga ilmu sederhana ini bisa bermanfaat bagi banyak teman teman lainnya.

.gametutorial Indonesia

Kamis, 17 Agustus 2017

Here are 10 game industry lifehacks that might make your life 10x easier

Here are 10 game industry lifehacks that might make your life 10x easier...
1. You can turn YouTube videos into gifs by adding "gif" to the beginning of the URL. (www.gifyoutube.com/blahblahblah). This is perfect for extracting juicy gifs from let's plays of your indie game.
2. Love to play music while working on your indie game? Play a soundtrack from a video game. As they're designed to work as background music, they're great for not disrupting your focus.
3. If you aren't good enough at any particular game industry skill to stand out, be reliable. Showing up every day is more useful than being a flaky genius.
4. If you're a complete beginner, try searching google for "Things I wish I knew when starting ______" -- "Things I wish I knew when starting Unity" is a great one. Lots of protips.
5. If you're strapped for cash but are looking to add stuff to your game development cave, search Craigslist for "Divorce" to find good deals on used furniture, electronics, and office supplies.
6. Add a + to the first part of your email handle to prevent spam from hitting your inbox. This is great when you want to sign up for a game development newsletter or something but aren't sure if they're going to spam you. For example, yourname+spam@gmail.com and yourname@gmail.com lead to the same inbox.
7. When trying to come up with a creative game idea or fancy devblog title, don't sit there and try to think of the perfect one. Instead, write down every idea that pops into your head in notepad and don't stop until you have at least 10 ideas. Then, just choose the best one from that list of 10.
8. If you're at an industry convention and a booth has one of those "drop your business card in for a chance to win" bowls, bend your card slightly before dropping it in the bowl. Rumor has it that the person drawing will more likely pick a card that bends a bit more since it isn't laying flat at the bottom, although YMMV.
9. When attending conventions, write down a 30 second introduction of yourself and your indie game project. Memorize it. This way, if you get introduced to someone and have to tell a bit about yourself and what project you're currently working on, you'll sound a lot more confident.
10. If you're working at a game development company with a shared fridge, take a bite out of your food before putting it in the fridge. This will deter both sandwich and burrito thieves (you know who you are!)

Senin, 17 April 2017

Cerita Inspiratif - "Untuk mulai membuat game atau animasi bagaimana spesifikasi komputer / laptop yang saya butuhkan?"


Sedikit share buat yang baru mulai. Apa yang penting saat memulai animasi atau membuat game.
Tiap kali muncul pertanyaan mengenai "Apakah dengan komputer/laptop spek XXX saya bisa membuat animasi/game?"
Semasa kuliah, ada seorang teman yang tiap kali melihat saya belajar membuat animasi 3D selalu mengatakan akan belajar membuat animasi 3D juga. Bagi saya keinginannya itu bukan sesuatu yang mustahil. Dia punya komputer yang spesifikasi nya hanya ada di impian mahasiswa di kota Jogja saat itu. Di Jogjakarta saja belum tentu ada yang memiliki komputer seperti milik dia. Sementara saya tidak punya komputer.
Saya belajar membuat model 3D dan animasi dengan meminjam komputer teman saat malam hari. Jadi rutinitas saya setiap hari : pagi hingga sore kuliah, sore hingga jam 9 malam mengerjakan tugas kuliah, jam 9 malam ke rumah teman menunggu pemilik komputer selesai main game dan tidur, jam 12 malam saat pemilik komputer sudah tidur sampai jam 5 pagi memanfaatkan komputernya untuk belajar membuat animasi. Jam 5 pagi (saat jam malam di kost sudah berakhir dan pintu gerbang dibuka) saya pulang lalu tidur. Jam 8 kuliah, menjadi asisten dosen (lebih sering menggantikan dosen melanjutkan materi kuliah) dan seterusnya ...
Kini sekian belas tahun berlalu. Saya masih membuat animasi 3D dan bertambah dengan membuat game. Teman saya itu ... Jangankan animasi, membuat model 3D saja masih belum bisa!!
Selanjutnya di perpustakaan kampus saya menemukan sebuah buku bagus berjudul "Inside Autodesk 3D Studio R4/DOS" dari penerbit New Rider Publishing. Buku tersebut ada di kategori referensi, jadi hanya bisa dibaca di tempat atau di photo copy maksimal 30% jumlah halaman. Sebagai mahasiswa dengan keuangan sangaaat terbatas, photo copy buku setebal 1500 halaman berbahasa Inggris jelas mustahil! Jadi yang saya lakukan adalah menyalin dalam catatan halaman demi halaman, sub chapter demi sub chapter sesuai topik yang sedang saya minati. Di saat yang bersamaan ada dosen yang dikirim oleh fakultas ke Singapura untuk mengambil sertifikasi animasi di Autodesk Sg. Sepulangnya dari Singapura beliau sering berdiskusi mengenai animasi dengan saya. Dan karena statusnya sebagai dosen, beliau bisa membawa semua buku animasi yang ada di perpustakaan kampus maupun manual Autodesk 3D Studio yang ada di lab komputer, termasuk meng copy cd - cd file latihan yang menyertai tiap - tiap buku.
Saat ini beliau masih belum memahami animasi 3D ... ...
Sekitar tahun 2000 ada 2 orang adik tingkat yang minta diajari membuat model 3D dan animasi. Agar bisa belajar bersama, yang seorang komputernya di pindah ke rumah yang satunya. Jadi yang seorang ini mendapat handycap selama belajar (kurang lebih 1 bulan) tidak ada komputer di rumahnya. Jarak dari kost nya hingga ke rumah teman yang ditempati untuk kursus sekitar 6 km (menurut Google Map). Cukup jauh dicapai.
Selesai kursus, komputer di bawa pulang dan dia mulai menerima proyek membuat model 3D. Saat ini dia sudah punya studio sendiri.
Sementara itu, teman yang rumahnya digunakan untuk kursus merasa perlu upgrade spesifikasi komputer agar lebih nyaman membuat animasi. Saat ini, dia masih terus upgrade komputer dan sudah mulai lupa cara membuat model 3D ... ...
-----------------------------------------------------------------
Sekarang mengenai spesifikasi komputer yang saya gunakan. Karena saya baru memiliki laptop sendiri di tahun 2010, maka semua yang ada dalam daftar ini bukan komputer milik saya.
- Pertama kali belajar menulis program, saya menggunakan komputer yang ada di lab praktikum komputer sekolah. Spesifikasi nya IBM XT clone dengan internal memory 640 kilo Byte tanpa hard disk, monitor monochrome hijau - hitam. Biasanya saya manfaatkan saat jam kosong. Sedikit - sedikit mulai paham cara membuat kode program drawing.
- Saat kuliah ada teman kost di kamar sebelah yang membawa komputer AT 386 (intel 386 dengan clock speed 33 MegaHertz, memory 4 Mega Byte dan hard drive 300 MegaByte). Ketika dia mudik libur semester, ada teman lain yang membongkar jendelanya lalu menggunakan komputer itu untuk main game. Saya ikut - ikut jadi "maling" dan menggunakan komputer itu untuk menulis program drawing pertama saya. Hanya menggunakan bahasa Quck BASIC Screen Mode 13 (layar 320 x 200 256 warna). Bisa menggambar lingkaran, kotak dan diisi warna.
- Selanjutnya sebagai asisten dosen saya mendapat kesempatan menggunakan komputer di lab praktikum komputer kampus. Kesempatan yang sangat bagus karena jurusan telah membeli software animasi 3D yang ingin saya pelajari yaitu Autodesk 3D Studio R4/DOS. Saya menggunakan nya saat jeda antar sesi kuliah untuk belajar membuat model 3D dan animasi 3D. Saat itu masih sulit mencari software animasi 3D bajakan. Spesifikasi komputernya adalah HP Vectra intel Pentium 120 (Clock speed 120 megaHertz) dengan RAM 16 Mega Byte.
- Karena kesempatan menggunakan komputer kampus tidak banyak, software saya install di komputer teman yang telah saya ceritakan di awal. Sebuah Cyrix 386 (setara intel 386 SX) dengan RAM 8 Mega Byte dan hard drive 300 Mega byte (sebelum saya install Autodesk 3D Studio masih tersisa 50 Mega Byte) vga TSENG Lab ET3000 dengan VRAM 2 Mega byte. Dengan komputer ini saya paling banyak belajar animasi, sampai sempat kecanduan komputer.
Mei 1998, menjelang masa reformasi saya menerima proyek besar pertama pembuatan animasi 3D kawasan. Karena saya belum memiliki komputer, pemberi tugas menyediakan komputer Cyrix 266 (setara intel Pentium 266 MMX) dengan hard drive 2 giga Byte, RAM 64 Mega Byte (jumlah maksimum RAM yang bisa dibaca oleh Autodesk 3D Studio R4/DOS) dan vga S3 Virge 4 mega byte VRAM. Setelah proyek itu saya menjalani rehabilitasi kecanduan komputer selama hampir 1 tahun tidak menyentuh komputer dan animasi.
- Setelah rehabilitasi sekitar 1 tahun tidak menyentuh komputer, di awal tahun 1999 Poiema Studio berdiri. Oleh investor disediakan 2 buah komputer :
1. Intel Pentium 200 (clock speed 200 Megahertz) dengan RAM 32 Mega Byte EDO, hard drive 1024 Mega Byte dan vga TSENG Lab ET 3000 VRAM 4 Mega Byte.
2. Intel Pentium 266 MMX (clock speed 266 Megahertz dengan multimedia extended) SDRAM 64 Mega Byte, hard drive 2.5 Giga Byte dan vga TSENG Lab ET4000 yang di upgrade menjadi 8 Mega Byte VRAM. Plus monitor MAG 15" yang sampai sekarang masih terasa paling nyaman di mata.
Komputer Poiema Studio selanjutnya (yang disediakan oleh anggota team) adalah :
1. Intel Pentium 166 MMX (clock speed 166 Megahertz dengan multimedia extended) RAM 32 mega Byte, vga Matrox Millenium yan dilengkapi video board untuk memutar VCD (paling keren saat itu, di Jogja hanya ada sebuah) dan monitor Sony Black Trinitron 14" ( waktu itu seri ini hanya digunakan oleh Apple Macintosch).
2. Intel Pentium II 400 (Clock speed 400 Mega hertz) dengan RAM 64 Mega Byte dan vga S3 Virge.
Empat komputer ini yang digunakan untuk membuat demo animasi pertama Poiema Studio ( https://youtu.be/-Tfmv13dxGE ). Semua menjalankan Autodesk 3D Studio R4/DOS (saya pernah membahas software ini di https://www.facebook.com/poiemastudio/posts/791648120947218:0 )dan Discreet 3DS Max 3.0 Jadi OS yang digunakan adalah Ms Windows 98 SE yang legendaris dan juga Microsoft DOS 6.22 (yang juga legendaris). Software lain yang sempat dicoba saat itu di antaranya adalah Newtek Lightwave 5.6, Caligari TrueSpace 5, MetaCreation (kemudian Corel) Bryce (untuk membuat landscape), (sebelumnya Fractal Design) MetaCreation (sekarang Smith Micro) Poser 3D (untuk membuat manusia), MilkShape 3D, Ulead Cool3D, dan Maxon Cinema4D
Tahun 2001 saya di kontrak oleh seoran teman untuk memulai sebuah studio disain di Tanjung Pinang, Riau Kepulauan. Spesifikasi komputer yang disediakan adalah AMD Duron 800 (Clock speed 800 Mega hertz), hard drive 2.5 Giga Byte, SDRAM 128 Mega Byte dan vga NVidia GForce 256 (seri GF yang pertama kali rilis). Software animasi yang saya gunakan Discreet 3DS Max 3.1. Saat itu saya menggunakan Ms Windows 2000 NT karena diminta mencoba Alias|Wavefront Maya 2.0 (Maya hanya bisa berjalan di OS Windows NT atau Silicon Graphic OS).
Komputer selanjutnya adalah komputer bekas dari adik dengan spesifikasi Pentium 200 MMX (clock speed 233 Megahertz yang saya turunkan menjadi 200 Megahertz agar tidak cepat hancur karena sudah tua) hard drive 1024 Mega Byte, RAM 64 Mega Byte EDO dan vga S3 Trio 64. Di komputer ini saya menggunakan Discreet 3DS Max 4.0 dan kemudian saya ganti menjadi Discreet 3DS Max 5.1. Dengan komputer ini juga saya mulai beralih menggunakan Blender3D dan mencoba Enterbrain RPG Maker 2003. OS yang bisa digunakan hanya Ms Windows 98 SE yang legendaris.
Komputer utama untuk kerja periode 2004 - 2008 (masih pinjam milik teman) adalah intel Pentium III 800 dengan SDRAM (awalnya 128 Mega byte) lalu diupgrade menjadi 256 Mega Byte, hard drive 2.5 Giga Byte dan vga NVidia GForce II MX. Menggunakan OS Windows XP dan Autodesk 3DS Max 7.0 lalu ganti Autodesk 3DS Max 8.0
Saat mendirikan iPlay.design di tahun 2009, komputer yang disediakan oleh iPlay.design bagi saya gunakan untuk mulai belajar membuat game adalah sebuah laptop ECS intel Pentium IV 2.4 giga hertz dengan hard drive 4 giga byte, SDRAM 256 Mega byte dan vga NVidia GForce II MX. Game Engine yang digunakan waktu itu adalah Garage Games Torque Game Engine (USD $ 100 indie license, plus Arcane Particle Fx USD $ 70)
Saat ini saya lebih banyak menggunakan Acer Asphire 4750G (Intel i5, hard drive 640 Giga byte, NVidia GT 520M) dengan DDR 6 Gigabyte (aslinya hanya DDR 2 giga byte) OS Windows 7 OEM, Game Engine Unity3D dan animation suite Blender 3D.
------------------------------------------------------------
Jadi, setelah membaca ini masihkah ada pertanyaan mengenai spesifikasi komputer untuk belajar membuat animasi atau game?
Membuat game maupun animasi bukan soal spesifikasi komputer atau software, melainkan soal niat.
Temukan guru yang tepat, metode belajar yang tepat, dan bayar harga berupa biaya(untuk mengurangi waktu belajar) atau korbankan waktu (untuk mengurangi biaya belajar).

Senin, 20 Maret 2017

Cara Upload apk aplikasi / games ke Google Play Store

Halo halo sudah lama tidak posting, kali ini saya akan berbagi tutorial bagaimana upload apk ke android play store, pertama tama yang perlu dipersiapkan adalah:

1. Laptop / PC / device yang digunakan untuk upload
2. file apk aplikasi atau game yang ingin di upload
3. Akun Developer Google Play

Nah, jika sudah punya hal hal tersebut diatas, hal yang selanjutnya perlu dilakukan dapat dilakukan pada video tutorial yang sudah saya buat di bawah ini:



Semoga ilmu ini bermanfaat
.Tutorial Gamedev Indonesia

Senin, 26 Desember 2016

Kesalahan yang biasanya terjadi dalam penggunaan Construct 2 (Awam)


Untuk pengguna Construct2 yang masih baru menggunakan dan awam dalam penggunaannya, terkadang melakukan kesalahan kesalahan yang cukup fatal dalam pembuatan gamenya sehingga seringkali membuat kinerja melambat atau malah hasil export game yang dibuat nya tidak optimal. Nah apa sajakah kesalahan yang dibuat tersebut?
Berikut gametutorialid persembahkan:

1. Menggunakan banyak global variable yang tugasnya sama, 
contohnya : Score1, Score2, Score3, dll. 
=> Sebenarnya cukup 1 variable saja, karena global variable bisa digunakan pada setiap event sheet. Bila ingin menyimpan nilainya, bisa menggunakan Local Storage.


2. Menggunakan event yang sama berulang-ulang, 
contohnya : pada event sheet 1, Keyboard on press > Player move, pada event sheet 2, Keyboard on press > Player move, dst.
=> Tentunya hal sangat boros pada penggunaan event, terutama bagi pengguna Construct 2 Free Version karena C2 dibatasi 100 Event saja, agar dapat menggunakan event yang sama pada setiap event sheet, buat satu event sheet khusus bagi event tersebut, lalu berikan perintah Include Event sheet, pada event sheet yang ingin ditambahkan, dan pilih event sheet yang sudah kamu buat khusus event tadi.


3. Langsung menggunakan gambar yang sudah diimport tanpa mengubah ukuran resolusinya.
Contohnya : Sprite > Open > gambar.png (1680px X 2100px)
=> Semakin besar resolusi gambar yang kamu gunakan, semakin berat pula kinerja Construct 2 kamu, begitupula pada hasil ketika game kamu di export nantinya, usahakan ukuran resolusi gambar yang kamu gunakan tidak lebih besar dari ukuran Window project kamu. Bila gambar itu hanya berisi penjelasan (teks), sebaiknya gunakan plugin Text / Spritefont yang ada pada Construct 2 saja.


4. Menggunakan objek yang isinya sama, tapi namanya berbeda-beda.
Contohnya : Tombol_home, Tombol_home2, Tombol_home3, dst.
=> Bila gambar/isi yang terdapat pada objek yang kamu gunakan sama, sebaiknya cukup gunakan satu objek saja, objek itu bisa digunakan pada segala layout tanpa perlu membuat objek dengan nama baru.


5. Tidak mengubah nama objek yang ditambahkan
Contohnya : Sprite, Sprite1, Sprite2, Sprite3, dst.
=> Harap menghindari hal ini, karena kamu akan merasa kesulitan dalam membedakannya, sebaiknya beri nama pada masing-masing objek sesuai dengan fungsinya.


6. Menghapus objek yang tidak digunakan lagi melalui Layout 
=> Objek ini tidak akan terhapus dari dalam data project, karena masih tersimpan di folder Object types yang bisa kamu temukan umumnya pada bagian kanan, bila kamu ingin menghapus objek yang tidak digunakan tersebut, sebaiknya hapus melalui folder Object Types.


7. Menambahkan plugin yang tidak digunakan (coba-coba)
Contohnya : Membuat game android, tapi menambahkan plugin Keyboard, dan Mouse. 
=> Memang plugin ini berfungsi ketika kita sedang melakukan tahap developing game di komputer kita, tapi plugin ini tidak digunakan pada android, memang tidak masalah, tapi sebagian script plugin ada yang memiliki ukuran file yang cukup besar, tentunya ini akan berpengaruh pada file hasil export nantinya, terasa cukup rugi pastinya bila kita tidak menggunakan plugin itu, dan dia hanya numpang duduk saja.


Ada tambahan permasalahan lainnya ? Tuliskan informasi itu pada kolom komentar di bawah ini, jangan lupa dengan Solusinya ya!

Semoga tips / tutorial ini bermanfaat

Rabu, 14 Desember 2016

Belajar dari flappy bird


Popularitas Flappy Bird memang sudah lama tenggelam dan game-nya pun sudah lama ditarik dari peredaran oleh sang developernya, namun saya harap itu tidak membuat kita tidak mau belajar darinya dan kita tidak bisa mengambil manfaat darinya. Walau bagaimana pun Flappy Bird adalah sebuah game yang sempat fenomenal dan layak untuk kita mengambil pelajaran darinya.

Saya rasa hampir seluruh penduduk bumi saat ini tahu apa itu Flappy Bird. Sebuah game dengan burung gendut yang punya mata besar, bibir lebar dan setengah mati berusaha terbang menghindari pipa untuk bertahan hidup. Game yang membuat orang yang memainkannya kesal. Bahkan mungkin ada orang yang saking kesalnya sampe-sampe melempar atau merusak smartphonenya. Ya, begitu menggemaskannya dan menyebalkannya game itu.

Flappy Bird dibuat oleh Dong Nguyen, seorang developer game berasal dari Vietnam. Flappy Bird dibuat hanya oleh Dong Nguyen sendiri. Saya ulangi, Flappy Bird dibuat hanya oleh Dong Nguyen sendiri. Ya, sendiri. Game ini bahkan hanya dibuat olehnya hanya dalam waktu tidak lebih dari 3 hari saja dan itu pun sambil dia bekerja.

Apakah Dong Nguyen sangat hebat sehingga bisa membuat game Flappy Bird hanya dalam waktu 3 hari saja? Tidak juga, saya rasa banyak orang yang bisa membuatnya dengan lebih cepat. Ada seseorang yang mampu membuat game semisal Flappy Bird yang diberi nama Flappy Nyan hanya dalam waktu 2 hari saja, dan itu pun dengan sangat santai. Bahkan mereka membuat tutorial cara membuatnya.

Game Flappy Bird memang sangat sederhana, dengan teknologi yang sederhana pula, tapi kita semua tahu bahwa efeknya tidak sederhana. Lihatlah betapa cepatnya game ini mewabah keseluruh dunia, jauh lebih cepat dari pada Virus Ebola. Dan ini tentunya membuat banyak developer game di seluruh dunia frustasi. Bagaimana tidak, banyak developer game yang merancang game dengan sedemikian canggihnya, bahkan penggarapannya butuh waktu bertahun-tahun dan dikembangkan oleh puluhan orang-orang hebat, namun tidak bisa lebih fenomenal dari Flappy Bird, game sederhana dengan tampilan cupu yang hanya didevelop oleh seorang developer dan dalam waktu 3 hari saja.

Yang saya lihat sebagai seorang programmer dari fenomena Flappy Bird ini adalah bahwa teknologi dan tampilan suatu produk itu terkadang bukan hal yang utama, yang sederhana sekali pun jika itu sesuai dengan kebutuhan dan tepat guna bagi pengguna maka itu akan sukses. Flappy Bird tahu bagaimana cara agar sebuah game menjadi dibutuhkan, menarik dan memiliki sifat adiktif yang membuat orang mau memainkannya berkali-kali bahkan walaupun mereka dibuatnya kesal oleh game tersebut. Flappy Bird sukses bukan karena dibangun dengan teknologi canggih, dengan algoritma-algoritma rumit, game itu bahkan hanya dibuat sederhana dan hanya butuh waktu 3 hari untuk menyelesaikannya. Bukan juga karena tampilannya bagus. Lihatlah aktor utama di Flappy Bird bahkan tidak jelas apakah itu seperti burung ataukah ikan. Mungkin jika bukan karena judulnya adalah Flappy Bird yang mengandung istilah bird yang artinya burung, saya mungkin akan menganggap itu sebagai ikan. Terlebih lagi kalau memainkan game Flappy Bird rasanya saya kembali lagi kezaman Nintendo dan Mario Bross.


Flappy bird memang merupakan sebuah game, tapi apa yang kita bisa pelajari dari situ tidak hanya sebatas untuk game development. Kita bisa belajar darinya untuk semua produk kita. Bahwa point penting dari sebuah produk yang kita bangun bukanlah dilihat dari betapa canggih aplikasi itu dibuat, dengan framework yang super keren, atau teknologi yang wow. Bukan itu! Bukan juga dari tampilan yang memukau, penuh dengan animasi yang WAH. Point utama ketika kita membangun sebuah produk adalah tahu kebutuhan pengguna dan apa yang menarik buat mereka. Teknologi yang canggih tentu nilai tambah, tampilan yang bagus tentu suatu hal yang bagus, tapi memenuhi kebutuhan pengguna itu yang lebih utama. 

Saya ingat pesan Leontinus Alpha Edison, Co-founder Tokopedia, bahwa ketika kita membangun sebuah produk kita harus benar-benar menurunkan ego kita, karena walau bagaimana pun teknologi tetaplah nomor dua setelah produk itu sendiri. Karena kita seorang programmer atau developer, sering kali kita ingin aplikasi yang kita buat sangat canggih, dengan teknologi terbaru, framework yang sedang trend dengan tampilan yang wow, penuh animasi. Kita sering memaksakan untuk melihat semuanya dari sisi tekhnis. Kita ingin terlihat keren karena menerapkan teknologi yang canggih, yang akhirnya waktu development menjadi molor, padahal mungkin itu bukanlah point utama dari aplikasi kita, mungkin itu hanyalah kosmetikal belaka yang kalaupun tanpanya dunia masih tetap damai dan aplikasi masih berjalan lancar dan tepat guna. Ego kita kadang membuat kita sering salah memasang prioritas. Jika untuk belajar sih nggak masalah, tapi jika kita sudah terjun ke produksi dan ingin produk kita digunakan oleh orang lain, maka yang harus kita tekankan adalah nilai manfaat dan memenuhi kebutuhan pengguna. Dengan teknologi yang sederhana sekalipun jika bermanfaat dan tepat guna, itu tidak masalah. Dari pada kita membangun aplikasi yang super keren dan canggih tapi malah nggak ada yang menggunakan dan tidak menyelesaikan masalah. Sekali lagi, membuat karya kita tampak canggih dan memukau itu adalah nilai tambah dan itu sangat baik bagi karya kita, namun itu bukanlah prioritas utama, fokuslah terlebih dahulu pada membangun manfaat dengan apa yang dibutuhkan oleh pengguna.

Sebagai penutup, mungkin satu quote dari Linus Torvalds bisa menjadi nasihat yang baik buat kita untuk melengkapi apa yang kita pelajari dari Flappy Bird. Linus Torvalds pernah berkata "Any program is only as good as it is useful", program yang baik itu yang digunakan dan tepat guna. 

semoga ilmu ini bermanfaat

Minggu, 09 Oktober 2016

Bagaimana membuat MVP (Minimum Viable Product) Seharusnya

Jika kamu adalah pelaku startup, apapun itu, gambar diatas adalah pencerahan untuk kamu umumnya, dan untukku secara khususnya. Cara yang salah untuk launching sebuah produk adalah kita mengalokasikan waktu terlalu banyak untuk perencanaan dan membangun produk tersebut tanpa adanya customer, atau pengguna, atau pelanggan, atau pemakai. Cara yang benar untuk launching sebuah produk adalah jadikan produk tersebut selesai secara MVP (Minimum Viable Produk) dimana fitur utama sudah ada dan sudah bisa digunakan dengan baik sebelum adanya fitur fitur pendukung. Jadikan produk tersebut MVP secepat mungkin dan launching produk tersebut sehingga kamu bisa mendapat sesuatu dan belajar sesuatu secepat mungkin.

Eric Reis berkata "Minimum Viable Product adalah versi produk baru yang membuat sebuah tim bisa mendapatkan nilai maksimal tentang pembelajaran tentang customer dengan usaha yang minimal"

Bagaimana membuat sebuah MVP secepat mungkin:

  1. Definisikan siapa target pasar ideal
  2. Fokus pada masalah yang akan diselesaikan 
  3. Buat solusi dengan langkah seminimal mungkin untuk mencapai hasil
Cari dan pilih beberapa orang sebagai tester, dan launching produk MVP tersebut ke group tester dan ukur:
  1. Seberapa senang ketika mereka menggunakan produk kita?
  2. Seberapa sering mereka menggunakan produk kita?
  3. Berapa banyak orang yang mereka beri tahu tentang produk kita?
Kemudian buatlah versi 2, 3, 4 berdasarkan apa yang sudah kamu pelajari dan apa yang mereka katakan tentang:
  1. Apa yang bisa membuat produk menjadi lebih baik?
  2. Apa yang membuat mereka mau membayar produk kita?
  3. Berapa banyak mereka mau membayar produk kita?
Sebuah MVP bukan tentang mendapatkan produk ideal, tetapi tentang mendapatkan target pasar yang ideal, lalu membuat versi selanjutnya dari produk kita berdasarkan feedback yang didapatkan dari target pasar. Jika ragu apakah siap untuk di rilis atau belum, coba rilis saja dan cek lagi nanti.


"Jika kamu tidak malu oleh versi awal produkmu, maka kamu merilisnya terlambat"
-Reid Hoffman, LinkedIn

.Game Tutorial Indonesia

Sabtu, 08 Oktober 2016

Memulai startup studio game

Tentulah sebuah hal yang menarik ketika kita mampu untuk membuat game yang kemudian bermimpi agar bisa membangun sebuah studio game dibawah naungan kita dengan tujuan tujuan yang kita inginkan, tetapi, apakah yakin? sebelum memulai membuat startup studio game ada beberapa faktor yang perlu kamu ketahui agar tidak terjadi kesalahan ke depannya, apa saja faktor faktor yang perlu diketahui itu?

1. Founder dan Co Founder
Membuat sebuah studio game memerlukan rekan yang mampu mensupport berdirinya studio game tersebut, memang membangun sebuah studio game bisa dilakukan sendirian, tetapi nantinya kamu akan kewalahan karena semua hal dari hal teknis hingga ke marketing harus kamu lakukan semuanya sendiri tanpa ada yang membantu. Selain kamu sebagai founder, kamu membutuhkan teman yang mempunyai visi yang sama sebagai co-founder agar beban yang ada akan terasa menjadi lebih ringan. Tapi ingat, carilah co-founder yang mempunyai visi yang sama agar tidak mudah terjadi crash atau perbedaan pendapat di kemudian hari, ini penting! banyak startup kecil yang asal memulai membangun studio game tanpa memikirkan apa visi dan tujuan mereka di awal sehingga di tengah tengah banyak kehilangan arah dan tidak sedikit juga yang berhenti.

2. Visi dan Misi
Adanya visi dan misi berarti ada tujuan akhir yang ingin dicapai oleh organisasi, instansi, kelompok,  atau perusahaan. Dalam membangun studio game, hal ini juga perlu dipertimbangkan. Dengan adanya visi dan misi, anggota studio akan mencapai satu kesepakatan dan tujuan yang sama. Selain itu, apabila ketika suatu saat kita melenceng dari apa yang kita inginkan, adanya visi dan misi dapat mengingatkan kita kembali tujuan apa yang kita inginkan dengan dibangunnya studio game itu sendiri. Tips membuat visi yang bagus adalah buatlah setinggi mungkin, sebesar mungkin, yang sekiranya butuh waktu dan effort yang keras untuk kamu capai agar visi tersebut tidak terlalu muda dicapai, apabila visi sudah tercapai kamu akan bingung apa lagi yang harus kamu lakukan karena visi sudah tercapai. Hal ini memang susah, maka dari itu salah satu alternatif membuat visi adala sesuatu yang sekiranya tidak terlalu sulit tetapi berkelanjutan.
Contoh visi beberapa game studio:
"provide place where customers create their own wonderful, unforgettable experiences" - SQUARE ENIX
"Live the fun way" - Agate Studio
"We provide happiness to our family member, to inspire people, and build a better world to live in" - Mojiken Studio
3. Project Managerial
Adanya studio berarti harus ada kegiatan yang dilakukan agar studio bisa hidup. kegiatan yang dilakukan tentunya harus kegiatan positif dan produktif, apalagi kalau bukan membuat game? Entah itu project yang berdasarkan product based atau project based. Dalam 1 project kamu harus bisa memanage 1 project itu agar bisa benar benar selesai, tidak berhenti di tengah jalan apapun yang terjadi. ya, Apapun yang terjadi. Karena di tengah perjalanan nanti pasti akan ada hambatan secara internal maupun eksternal, dari member sendiri atau dari luar studio. Itu baru satu project, sebuah studio biasanya mengerjakan lebih dari 1 project untuk efektivitas, industri, dan perkembangan studio. Jadi pelajarilah manajemen sedini mungkin!

4. Gaji member
Membangun studio berarti memiliki member, ketika sudah serius menggeluti industri ini, berarti kamu bekerja dalam bidang ini. Tentunya perlu dipikirkan bagaimana menggaji dirimu sendiri dan juga member yang ikut mendukung membangun studio bersama. Kesejahteraan para member adalah salah satu yang membuat studio bisa hidup, karena jika mereka sejahtera dan tidak memikirkan beban pikiran yang lain, ia akan senang hati melakukan pekerjaan di bidang ini. Pada awal membangun, jika tidak punya modal memang agak susah untuk menggaji para member, seperti pengalaman Agate Studio di awal berdirinya, mereka menggaji 18 orang sejumlah IDR 50.000 per bulannya, tetapi semangat mereka yang terus membara dan keinginan berbagi kebahagiaan baik untuk user atau member mereka membuat mereka terus berjuang hingga akhirnya sekarang sudah bisa menggaji para member minimal gaji UMR. Bagaimana dengan kamu yang baru memulai?

5. Kenapa harus studio game?
Pertanyaan yang cukup bagus untuk dipikirkan bersama. Kenapa kamu harus membuat studio game? untuk gaya gayaan? ingin membuat game? atau lainnya? Jika tujuan mu hanyalah agar bisa membuat game, maka kamu tidak harus membangun studio game. Cukup bentuk tim kecil saja dan kamu sudah bisa membuat game. Kebanyakan game developer pemula salah kaprah tentang hal ini. Padahal, ketika membangun studio game, banyak sekali yang harus dipikirkan, beberapa diantaranya adalah:
  1. Kesejahteraan member studio
  2. Cashflow
  3. Target Studio
  4. Visi dan Misi
  5. Fans
  6. Produk
  7. Produktifitas studio
  8. dll.
Intinya, membangun studio berarti kamu serius untuk menekuni bidang tersebut, dan orang orang sekitar pun akan merasa demikian padamu. Jadi, apa kamu sudah yakin untuk membangun studio game?